Selasa, 15 Desember 2009

KuntIlaNak....?


Catatan Horor Dari Rumah Sakit
Ada masa di mana aku merasa boring sekali, setiap saat berbaringan terus dan melayani para koas (calon dokter), menjawab serbuan pertanyaan yang itu-itu saja, seputar riwayat penyakitku.
Petang itu, setelah sholat maghrib, diam-diam aku menyelinap keluar ruangan melalui lift. Kusembunyikan tangan kananku yang ditempeli abocat, alat untuk memasukkan injeksi atau infus dan transfusi, di balik jilbabku.
Berpapasan dengan para pembesuk, jujur saja ada yang nyelekit di dalam hatiku. Hampir tidak ada yang membesukku, kecuali anakku Butet yang setiap malam setia menemani. Jika siang hari aku lebih banyak sendirian, biasanya kumanfaatkan untuk menulis, membaca Hadist dan Al Quran, novel, ngeblog atau chatt.
Keluar dari lift, membaur dengan para pembesuk, aku berjalan melewati dua Satpam yang selalu pasang tampang siaga. Sempat terlintas di benakku, bagaimana reaksinya jika mereka mengetahui bahwa aku adalah seorang pasien? Apakah mereka akan menangkap diriku?
Jadi, kutegar-tegarkan langkahku begitu melintasi mereka. Kurasa mereka takkan mengira bahwa aku seorang pasien, jika melihat pakaian yang kukenakan; jins belel, kaos panjang dengan kudung ungu favoritku.
“Pulang, Mbak?” sapanya ramah.
“Ya, Mas….”
“Sudah rapi di atas, semuanya, ya Mbak?” lanjutnya pula basa-basi.
Nah kan, sepertinya ia menyangka diriku ini seorang janitor. Hehe!
Aku menyusuri koridor demi koridor, niatku hanya membeli majalah dan pulsa. Semuanya berjalan lancar, aku mendapatkan majalah, tabloid bahkan koran sore dan pulsa di seberang rumah sakit. Aku pun menenteng bawaanku melangkah riang, menyusuri lorong-lorong, ingin segera kembali ke ruangan.
Namun, entah apa yang terjadi dengan otakku, baru kusadari jalan yang kulalui bukan jalan sebelumnya. Tahu-tahu aku sudah sampai di lorong yang melintasi kamar jenazah. Bau busuk bangkai (maaf!) manusia langsung menyergap hidungku. Spontan kututupi hidung dengan ujung jilbab, berusaha tenang kulanjutkan dengan langkah-langkah cepat.
Kulirik jam tangan menunjukkan pukul 07.30, suasana di sekitarku lengang, hening mencekam. Sekarang malam Jumat pula, mengapa baru ingat, ya? Huh, gara-gara si hantu bosan!
Mendadak aku teringat film-film horor yang pernah kutonton. Yang paling membekas adalah tentang mayat-mayat hidup dan suster yang ngesot-ngesot itu.
Ya, bagaimana kalau ada Zombie atau Suster Ngesot tiba-tiba muncul dari kamar jenazah itu? Imaji liarku yang horor dalam sekejap berseliweran di otakku. Jantungku berdegup kencang, hingga bunyinya serasa memukul-mukul rongga dada yang mendadak sesak. Deeegh, deeegh, deggghhhh!
Saat itulah aku melihat ada dua sosok dari arah depan, tampaknya sepasang ABG, mereka jalan bergandengan mesra. Baguslah, pikirku, ada teman nih. Maka, aku lebih mempercepat langkah, serasa sudah di ujung lidah ingin menyapa mereka, siapapun itu. Makin dekat, makin dekat…., eh, bukannya lebih cepat berpapasan!
Mereka malah seperti kompak berbalik, sayup-sayup kudengar teriakan salah seorang dari pasangan itu: “Awaaas…, kuntilanaaaak!”
“Yo olooooh, gelooooow yah! Gw disangka kuntilanak? Segininya sudah gaya pake jins si Butet juga! Huhuhu!” Aku bersungut-sungut, tak urung merasa geli sendiri. Oh, nasib, nasiiiib!
 

CHUNSA NET Copyright © 2008 Black Brown Pop Template by Ipiet's Blogger Template